BAB
2
PENDUDUK,
MASYARAKAT DAN KEBUDAYAAN
1.
PERTUMBUHAN
PENDUDUK DAN MIGRASI
a. Penduduk dunia dan masalahnya
Pada awal zaman modern sampai
kira-kira tahun 1650, penduduk dunia telah mencapai 500 juta jiwa jumlahnya.
Sejak jaman inilah penduduk dunia terus meningkat dengan cepat. Hal ini
dimungkinkan oleh adanyua kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Termasuk
salag satu di antaranya ilmu kedokteran juga berkembang.
Berkat
kemajuan ilmu kedokteran, pemeliharaan kesehatan penduduk termasuk
usaha-usahaimunitas menjadi lebih terjamin. Oleh karena itu, tingkat kematian bayi-bayi yang lahir menjadi
lebih rendah, sampai ia tumbuh subur dan akhirnya bersuami/beristri dan
mempunyai anak dan cucu.
TABEL
1
PERKIRAAN
DAN PROYEKSI PENDUDUK DUNIA
TAHUN
|
JUMALAH JIWA
|
8000-7000 SM
|
10 juta
|
1
|
250 juta
|
1650
|
500 juta
|
1800
|
900 juta
|
1850
|
1000 juta
|
1900
|
1500 juta
|
1930
|
2000 juta
|
1950
|
2500 juta
|
1960
|
3000 juta
|
1970
|
3600 juta
|
1980
|
4600 juta
|
1990
|
5700 juta
|
2000
|
6500 juta
|
Sumber:
buku paket latihan pendidikan pendudukan, DGI-BKKBN Jakarta 1982. h. 61.
b. Pendidikan dan Kesehatan di
negara-negara berkembang
1) Pendidikan
Penduduk pedesaan di negra-negara berkembang di
Afrika, Asia dan Amerika Latin sebagian besar tidak memperoleh jenjang
pendidikan disekolah akibar dari kondisi kemiskinannya. Disamping unsur-unsur
tekanan ekonomi, penduduk pedesaan miskin paling sering kekurangan bangunan
sekolah dan guru yang memnuhi syarat. Bahkan yang lebih tragis, desa itu tidak
memiliki sekolah dasar.
Suatu
hasil survei UNICEF mambuktikan bahwa 58% anak-anak pedesaan miskin di Delhi
India, tidak bersekolah karena orang tua mereka tidak mampu membayar biaya
sekolah, dan 31% terikat dalam kerja rumah tangga, termasuk merawat asik yang
masik kecil.
2) Kesehatan
Kasus-kasus penderita
kekurangan vitamin A yang menonjol, mislnya terjadi pada anak-anak di negara
Asia Selatan, Asia Tenggara seperti Birma, Srilangka, India baigian selatanh
Indonesia dan Malaysia. Penderita kebutaan dan anemisa pada tipe dan tingkat
tertentu.
Laporan-laporan
INICEF juga mengungkapkan bahwa penyakit pelioyelitis banyak didertira oleh
anak-anak di Srilangka dan Kenya (Afrika Timur). Sebanyak 58% dari anak-anak
cacat di Kenya sebagai akibat polioyelitis, dimungkinkan oleh fasilitas injeksi
yang memeadai.
Bersumber
dari pada konsultan keseharab dari Word Health Organizgtin (WHO) di Zimbabwe
(Desember 1983) ditemukan kurang lebih sejura penderira penyakir lepra atau
kusta di seluruh wilayah Zimbabwe. Penyakit itu menyerang penduduk pada usia
produkti, antaea 8-40 tahun. Terdapat indikas-indikasi bahwa penyakit ini tekar
merambat pada anak-anak usia 7tahun. Keistimewaan penyakit ini penularean tidak di ketahui
pasti. Baru ada tanda-tanda bisul kecil atau korengm biasanya pada kaki, pada
saat itulah disadari oleh sesorang bahwa ia telah terjangkit penyakit lelpa
atau kusta.
Laporan
UNICEF tahun 1983 mengungkapkan bahwa hanya 1% saja dari anak-anak di dunia
tegas-tegas menderita kurang gizi. Akan tetapi lebih dari 25% anak-anak d-
negara-negara berkembang menderita kekurangan gizi yang tidak ketahuan, justru
terhadap mereka yang menderita kurang gizi tidak ketahuan itu, sebagian
penyebab mengapa mereka tidak tertolong.
3) Perhatian para negarawan dan
ilmuan terhadap masalah penduduk dunia
Berdasarkan etimasi
perkembangan penduduk dunia yang sangat mencemaskan itu lahirlah Kelompok Roma
(Club of Rome). Sidang pertama kalinya disenggarakan di Accemedia dei Lincei
pada tahun 1968, sidang kedua
disenggarakan di Winaa pada tahun 1969, atas undangan Kanselir Austria, sejalan
dengan itu pada tahun 1969, Sekretaris Jendral PBB (pada wajtu itu U
Than)menyatakan bahwa bagi anggita PBB “narangkali hanya tinggal 10tahun lagi
untuk menekan pertikaian-pertikaian lama mereka, serta melancarkan satuan
kerjasama semesta untuk mengekang perlombaan senjata, memperbaiki alam
lingkungan manusia, memadamkan eksplosi penduduk, dan memberi daya gerak yang
diperlukan bagi usaha-usaha pembangunan.” Sidang-sidang berikutnya: tahun 1970
di Swiss, tahun 1971 di Jouy, de3kat Paris, Perancis dan bulan Oktober 1973 di
selenggarakan di Tokyo Jepang.
Metodologi
sistem dinamik itu sebagai karya rintisan Prof. Jay Forresre dari MIT. Model
dunia ini secara khusus dibuat untuk mempelajari kelakuan kelima unsurdominan,
yaitu:
1.
Penduduk yang semakin bertambah
2.
Makin pesat industrialisai
3.
Makin habis sumber-sumber alam yang
tak tergantikan
4.
Dan makin rusak alam lingkungan,
sertamempelajaro berbagai pengarus timbal balik terhadap sistem dunia dalam
jangka panjang.
4) Interaksi eksponensial dari lima
variabel yang dominan
Kelima variabel yang
dominan membuktikan saling mempengaruhi satu sama lain. Penduduk bertambah,
kebutuhan sandang pangan dan papan/perumahan harus bertambah. Peningkatan
produksi pangan akan terkait dengan penyediaan lahan dan tata air/irigasi
teknis memadai, disamping modal yang cukup. Krisis kekurangan tanah pertanian
tidaklah muncul secara tiba-tiba, melainkan diawali dengan berbagai gejala
sebelum kebutuhan tanah pertanian melebihi dari cadangan tanah yang masih ada.
Dari segi lain, akibat
pertumbuhan penduduk eksponensial, lingkungan perkotaan mengalami
pendemarancukup berat, bersumber dari knlapot-knalpot kerndaraan bermotor yang
memuntahkan produk-produk korban dioksida setiap saat. Pada sisi lain, penduduk
perkotaan juga diancam oleh membengkaknya polutan (zat-zat pencemaran yang
menimbulkan poludi) sampah, limbanh industri dan limbah rumah tangga.
c. Usaha mengatasi masalah penduduk
dunia
Untuk mencapai suatu
ekosistem penduduk dunia yang stabil, di perlukan langkah-langkah sebagai berikut:
1.
Penduduk stabilisasi/diseimbangkan
2.
Konsumsi sumber daya dan pembangkitkan
polusi harus dikurangi sampai seperempat dari tingkat konsumsi tahun 1970-an
3.
Penyelenggaraan pendidikan dan
pengadaan fasilitan kesehatan lebih diutamakan
Ada 4 macam teknik
pelayanan kesehatan yaitu:
1)
Mengikutin pertumbuhan anak
2)
Penggunaan ASI
3)
Imunisai
4)
Pengobatan Oral Rehydration Therapy
(ORT)
4.
Penekanan lebih besar diberikan kepada
produksi bahan pangan, sehingga akan cukup tersedia untuk memenuhi kebutuhan
setiap orang
5.
Prioritas besar diberikan kepada
usaha-usaha penyuburan dan perlindungan tanah untuk mencegah erosi
d. Masalah penduduk di Indonesia
Masalah penduduk timbul sebagai akibat dari
perubahan penduduk, antara lain:
1.
Pertambahan atau pengurangan penduduk.
Keduanya dapat mengakibatkan perubahan bahan dalam humus welfare dan struktur
penduduk
2.
Kerapatan/kepadatan dan penyebaran
penduduk, yang akan dapat mempengaruhi tata ekonomi, tata pergaulan, tata
politik dan tata masyarakatnya.
Beberapa masalah kependudukan yang disebabkan
karena:
1)
Rapat penduduk (population density)
Perbandingan antara jumlah orang dengan tanah yang
dialami/diolah dalah satuan luas. Keguanaa mengetahui angka kerapatan penduduk
adalah sebagai berikut:
a.
Untuk mengetahui adanya tindakan
gejala overpopulation
b.
Untuk mengetahui pusat-pusat
aglomenrasi penduduk
c.
Untuk mengetahui penyebaran dan
pusat-pusat kegiatan ekonomi maupun budaya
2) Penyebaran penduduk (population
distribution)
Tersebarnya
penduduk dalam beberapa wilayah sangat tergantung dari faktor-faktor: lokasi,
iklim, sumber alam kemudian transportasi dan sebagainya.
Jumlah penduduk, luas tanah dan kepadatan penduduk
Indonesia menurut Sensus Penduduk 1971.
No
|
Daerah
|
Jumlah penduduk
(x 1000)
|
Luas tanah
|
Kepadatan
|
1
|
Jawa
& Madura
|
76.103
|
134.703
|
565
|
2
|
Sumatera
|
20.813
|
541.174
|
38
|
3
|
Kalimantan
|
5.125
|
550.843
|
9
|
4
|
Sulawesi
|
8.535
|
227.654
|
37
|
5
|
Pulau-pulau
lain
|
8.008
|
572.708
|
14
|
3) Kelebihan penduduk dan kekurangan
penduduk (over population dan under population)
Akibat langsung dengan adanya kelebihan penduduk
ialah timbulnya pengangguran. Di daerah pedesaan dimana unsur gotong royong
masih sangat kuat, maka adanya pengangguran ini tidak tampak, sehingga disebut
pengangguran tidak kenara (disyuised unemployment). Sedangkan akibat under
population adalah kurangnya tenaga kerja di sektor-sektor yang sangat
memerlukan tenaga manusa misalnya pada saat akan diadakan ekstesnifikasi
pertanian dan sebagainya,
4) Masalh penduduk yang dihadapi oleh
negara yang sedang berkembang
a.
Masalah kelebihan penduduk
Untuk ini ada dua macam kelebihan penduduk yang
ada perlu ketahui, yaitu:
1.
Kelebihan penduduk yang absolut
Yaitu apabila suatu daerah dalam
waktu tertentu, telah tidak dapat memberikan kebutuhan hidup kepada manusia
yang berdomisili di wilayah tersebut
2.
Kelebihan penduduk yang relatif
Yaitu apabila suatu daerah dalah
waktu tertentu kebutuhan hidup yang ada sudah tidak sesuai lagi dengan tuntutan
kemajuan ekonomi dan perkembangan sosial
b.
Masalah tingkat pendidikan masyarakat
yang relatif rendah
negara yang sedang
berkembang fasilitas secara kualitatif dalam bidang pendidikan masih terbatas
dan masyarakat dalam mencapau pendidikan yang tinggi pun masih sedikit sekali.
Yang hal ini disebabkan oleh:
·
Kurangnya fasilitas pendidikan dalam
segala tingkatan dan diseluruh daerah
·
Pendapatan perkapia penduduk yang
masih rendah sehingga belum dapat memenuhi kebutuhan primer pada umumnya dan
untuk biaya sekolah.
Penduduk Indonesia, umur 10tahun ke atas yang telah
dapat mencapai tingkat pendidikannya tahun 1971 (menurut sensus 1971)
No
|
Tingkat
pendidikan
|
Banyaknya
(%)
|
1
|
Tidak
sekolah
|
41,01
|
2
|
Belum
tamat SD
|
32,37
|
3
|
Sekolah
dasar
|
19,83
|
4
|
SLO
(umum + kejurusan)
|
4,3
|
5
|
SLA
(umum + kejurusan)
|
2,03
|
6
|
Akademi
|
0,17
|
7
|
Universitas
|
0,14
|
Sumber:
biro pusat stayistik, Jakarta
5) Masalah pendapatan atau produksi
perkapita dan tinggi pertumbuhan penduduk
Negara
|
GNP
perkapita (US Dollar)
|
Tingkat
perumbuha penduduk (%)
|
Jepang
|
1190
|
1,1
|
Malaysia
|
330
|
3,5
|
Korea
Selatan
|
180
|
2,4
|
Pilipina
|
180
|
3,5
|
Srilangka
|
180
|
2,3
|
Thailand
|
150
|
3,1
|
Vietnam
Selatan
|
130
|
2,6
|
Kmer
|
120
|
2,2
|
Laos
|
100
|
2,4
|
Pakistan
|
100
|
2,1
|
India
|
100
|
2,5
|
Indonesia
|
100
|
2,5
|
China
|
90
|
1,8
|
Birma
|
70
|
2,2
|
Sumber: majalah
Geres-FAO-Riview, Sept. Okt. 1972 Hal 10-11
6) Kebijaksanaan kependudukan
1.
Maksud diadakannya kebijaksaaan
kependudukan adalah untuk dapat lebih tercapainya kesejahteraan penduduk/masyarakat
dalah arti yang luas, terutana terjadinya keseimbangan antara jumlah penduduk
dengan hasil pembangunan baik melalui pertanian, industri, impor dan ekspor dan
sebagainya.
2.
Pengertian kebijaksanaan penduduk
hanyalah kebianaan yang menyangkut perubahn kuantita dan kualita penduduk
pemancara penduduk. Pada prinsipnya kenijaksanaan suatu negara yang menyangkut
kemakmuran penduduknya dapay di holongkan dalam kebijaksaan kependudukan.
3.
Dalam melaksanakan kebijaksanaan
kependudukan untuk menyelesaikan masalah penduduk dapat ditempuh beberapa usaha
yang dapat dilaksanakan sendiri-sendiri, berturut-turut tergantung kepada keadaan
setempat.
Dalam usaha mengimbangi pertambahan penduduk perlu
hasil-hasil pertanian dan peternakan dipelihara, dipertahankan dan ditambah
(konservasi), yang dapat dilaksanakan dengan:
a.
Preservasi: dalam hal ini diusahakan
agar kualitas dan kuantitas hasil bumi diperbaiki untuk masa-masa yang akan
datang
b.
Restorasi: agar berhasil, hasil bumi
dan ternak daoat tetap tinggi perlu dipelihara sumber-sumber biotik dengan
mencegah penyakit-penyakit tanaman dan hewan
c.
Benefisiasi: sumber-sumber alam tetap
dipelihara kelangsungan fungsinya beserta perkembangannya, agar makin banyak
tenaga alam dapat dipergunakan dalam proses pembangunan
d.
Rekmalasi: penambahan hasil pertanian
dapat dijalankan dengan mengubah tanah-tanah improduktif menjadi produktif
7) Usaha-usaha yang dilaksanakan
kebijaksanaan kependudukan
1.
Usaha ekstensifikasi dan intensifikasi
pertanian
a.
Ekstensifikasi pertanian L untuk
menambah hasil bumi, areal pertanian harus diperluas dengan jalan membuka hutan
(forest clearning) atau mengeringkan rawa-rawa
b.
Intensifikasi pertanian untuk
perbaikan-perbaikan dalam bidang bercocok tanam meliputi pemupukan, pegairan,
pemilihan bibit unggul, pembuatan teras sawah rotasi tanaman, dan lain-lain,
dapat menambah kualitas dan kuantitas produksi pertanian.
2.
Transmigrasi
Perpindahan penduduk daerah padat ke daerah yang
tidak atau kurang padat dapat mengurangi popukations pressure di daerah
pengirim, dan dapat menimbulkan daerah-daerah pertanian baru di daerah yang
menerima. Macam” transmigrasi yang dilaksanakan oleh pemerintah:
a.
Transmigrasi umum
b.
Transmigrasi spontan
c.
Transmigrasi sektoral
d.
Transmigrasi ABRI
e.
Transmigrasi bedol desa
3.
Industrialiasi
Industrialisasi ini diusahakan agar kebutuhan
penduduk dapat dilayani secukupnya dengan cepat dan merata tetapi tidak
mengurangi kualitas produksi, sehingga dapat mengurangi penderitaan, menaikan
taraf hidup mengurangi masalah” sosial ekonomi.
4.
Keluarga Berencana
a.
Sifat pelaksanaan program keluarga
berencana adalah sukarela bagi pengikut/pesertanya. Tidak boleh ada paksaan
dari pemerintah maupun petugas.
b.
Saran program keluarga berencana
adalah maasyarakat seluruh Indonesia/terutama mereka pasangan suami
istri/keluarga baik di kota” maupun di desa”.
c.
Tujuan program keluarga berencana:\
1.
Meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat terutama anak, ibu, dengan cara menjarangkan kelahiran.
2.
Mengurangi laju pertambahan penduduk,
agar dapat seimbang antara pertambahan penduduk dengan produksi nasional.
d.
Usaha program keluarga berencana,
meliputi:
·
Menjarangkan kesehatan
·
Pengobatan kemandulan
·
Nasihat perkawinan
5.
Pendidikan Kependudukan
Maksud pelaksanaan
pendidikan kependudukan adalah agar masyarakat dapat mengubah cara berfifkir
dari cara berpikir tradisional statis menuju cara berpikir yang dinamis dan
bertanggung jawab terhadap besar kecilnya dalah memanfaatkan msa produktifnya
yakni dengan mencintai keluarga kecil yang berbahagia, sejahtera, tidak
mencintai keluarga besar yang tanpa bahagia.
Tujuan dari
pelaksanaan program pendidikan kependudukan, secara garis bersar adalah agar
masyarakat/anak didik dapat mengetahui faktor” yang menyebabkan pertumbuhan
penduduk secara cepat, serta tepat, serta segala akibatnya mampu dapat
menghubungkan antara pertumbuhan penduduk tersebut dengan program pembangunan
yang dilaksanakan oleh pemerintah dalah usaha mencapai kesejahteraan
masyarakat.
e. Migrasi (Perpindahan Penduduk)
Migrasi adalah gejala gerak horizontal untuk
pindah tempat tinggal dan pindahnta tidak terlalu dekat, melainkan melintasi
batas administrasi, pindah ke unit administrasi lain, misalnya kelurahan, kabupaten,
kota atu negara.
Ross Steele menyatakan bahwa migrasi meliputi
perpindahan ke rumah sebelah yang jarak beberapa meter dari rumah lama, tetapi
juga mencakup perpindahan ke negara lain yang jaraknya beribu-ribu kilometer
(dalam Sunarto, 1985).
Teori
Migrasi
1)
Teori Gravitasi
Ravenstain pada tahun 1889 telah
menguraikan pendapatnya tentang fenomena migrasi yang disusun dalam hukum”
migrasi yang terkenal sampai sekarang. Beberapa diantaranya sebagai berikut:
·
Semakin jarak jauh, semakin berkuran
volume migran. Teori ini kemudian dikenal dengan nama “distancedecay theory”
·
Setiap arus migran yang benar, akan
menimbulkan arus balik sebagai gantinya.
·
Adanya perbedaaan desa dengan kota
akan mengakibatkan timbulnya migrasi
·
Wanita cenderung bermigrasi ke daerah”
yang dekat letaknya
·
Kemajuan teknologi akan mengakibatkan
intensitas migrasi
·
Motid utama migrasi adalah ekonomi
2)
Teori Dorong-Tarik (Push-Pull Theory)
Teori dorong tarik ditemukan
pertama kali oleh Everett S. Lee pada tahun 1966. Dalam teorinya Lee mengemukakan
adanya 4 faktor yang berpengaruh terhadap seseorang dalam mengambil keputusan
untuk bermigrasi, yaitu:
1.
Faktor” yang terdapat di daerah asal
2.
Faktor” yang terdapat di daerah tujuan
3.
Faktor” rintangan
4.
Faktor” probadi
Faktor” yang terdapat
diaerah asal maupun di daerah tujun dapat bersifat positif artinya mempunyai
daya dorong atau mempunyai sifat negatif artinya mempunyai daya penghambat.
Orang yang kehendak
sendiri dan dengan motif tertentu, misalnya ingin mengembangkan bakat dan
kemampuannya, pindah ke daerah lain disebut migran primer. Jika isterinya dan
anak”nya juga ikut pindah meskipun mereka mungkin hanya bisa ikut”an disebut
mighran sekunder.
Dalam migrasi
internasional selanjutnya dikenal konsepemigrasi dan imigrasi. Emigrasi adalah
migrasi internasional dipandang dari negara asala atau pengirim, pelakunya
disebut emigran. Imigrasi adalah migrasi internasional dipandang dari negara
penerima atau negara tujuan, pelakunya imigrasi.
Dalam hal ini dapat
digolongkan menurut lokasi perpindahan, yakni:
Ø Antar
negara, disebut emigrasi atau imigrasi. Kalau keluar ke negara lain disebut
emigrasi, tetapi kalau masuk atau datang dari negara lain adalah imigrasi.
Untuk dapat dicari Nettonya yakni terjadi emigrasi atau migrtasi bagi negara
yang bersangkutan.
Ø Antara
daerah (dalam satu negara), untuk ini apabila terjadi antara pulau dan akan
bertempat tingal lama (menetap) disebut transmigrasi. Antara daerah (dalam satu
pulau dari deas ke kota) disebut urbanisasi. Hal ini kecenderungan akan
bertempat tinggal relatif lama.
Sebab” perpindahan penduduk:
§ Alsan
Ekonomi
Perpindahan suatu bangsa ini
disebabkan karena daerah atau negaranya sendiri sudah tidak memberikan
kemungkinan kehidupan yang baik.
§ Alasan
Politik
Pada suatu negara sering terdapat
pergolakan politik kenegaraan, sehingga banyak penduduk yang tak setuju dengan
pergolakan politik tersebut, maka mereka melakukan perpindahan kenegara lain.
§ Alasan
Agama
Karena alasana kehidupan beragama
yang ridak bebas menyebabkan gerakan penduduk ke daerah lain untuk mencari
kesesuaian dan ketentraman hidupnya.
Dari uraian” diatas dapat
dirumuskan pertambahan penduduk sebagai berikut:
P = (f – m) + (e - i), yang
berati
P = pertambahan penduduk
f = fertilitas
m = mortalitas
e = emigrasi
i = imigrasi
02. PEMBAGIAN KERJA DALAM MASYARAKAT
Dengan adanya
komunikasi dan transportasi yang lancar menjadikan orang desa peka terhadap
perkembangan kota dan ini mendorong urbanisasi. Angka” tentang pembagian kerja
(mata pencarian) menurut statistik terlihat dalam tabel berikut ini
No
|
Pekerjaan
|
Presentase
|
1
|
Bertani
|
71,90
|
2
|
Industri
|
5,70
|
3
|
Perdagangan
|
6,70
|
4
|
Jasa-jasa
|
9,10
|
5
|
Transportasi
|
2,10
|
6
|
Bangunan
|
1,50
|
7
|
Pertambangan
|
3,10
|
Sumber:
Daldjoeni, masalah penduduk dalam fakta dan angka, 1981, hal. 142
Setiap
orang berusaha mencari sesuatu pekerjaan pada hakikatnya adalah untuk
memperoleh kelayakan hidup di dalam keluarganya. Oleh sebab itu pertumbuhan
kesempatan kerja dalam masyarakat akan senantiasa berubah-ubah. Sebagai contoh
pertumbuhan kesempatan kerja terlitah dalam tabel di bawah ini:
Macam” sektor
|
Kesempatan kerja (ribuan)
|
Pertumbuhan tahunan 1961-1971 (%)
|
|
1961
|
1971
|
||
Pertanian
|
23.516
|
24.772
|
0,5
|
Pertambangan
|
87
|
90
|
0,3
|
Industri
|
1.856
|
2.931
|
4,7
|
Bangunan
|
582
|
737
|
2,4
|
Listrik
dan gas
|
51
|
38
|
-3,0
|
Pengangkutan
|
691
|
916
|
2,9
|
Perdagangan
|
2.194
|
4.208
|
6,7
|
Jasa-jasa
|
3.095
|
3.929
|
2,4
|
Lain-lain
|
634
|
1.593
|
9,5
|
Sumber:
Daldjoeni, 1981, hal. 142
Masalah
kesmpatan kerja tidak dapat dipisahkan dari pembangunan bidang lain, sehingga
dalam pemecahannya harus dikaitkan dengan melihat latar belakang semua bidang
lain yang melingkupnya. Oleh karena itu, hambatan perluasan kesempatan kerja
ini harus dikaitkan dengan ketimpangan struktur kependudukan dan ekonomi pada
masa lampau. Adapun ketimpangan” yang mempengaruhi usaha” perluasan kesempatan
kerja, yaitu:
v Pola
pemukiman penduduk antara pulau Jawa dan luar Jawa
v Ketimpangan
pembangunan antar daerah
v Ketidakserasian laju pembangunan di daerah
kota dan pedesaan
v Kurang
berkembangnya informasi pasar tenaga kerja sehingga menimbulkan kesengajaan
permintaan dan penawaran tenaga kerja
v Kurang
terdapatnya penyesuaian antara program pendidikan dengan arah pembangunan
v Ketimpangan
koordinasi di dalam pemilihan investasi padat modal dan padat karya
v Ketimpangan
tingkat produktivitas antara sektor pertanian dan sektor non-pertanian
v Kekurangserasian
perkembangan antara sektor formal dan sektor informal
v Masalah
pengangguran terbuka dan pengangguran terselubung
v Ketimpangan
peranan pemerintah dan peranan swasta
Akibat dari kelebihan tenaga kerja di daerah
pedesaan dapat menimbulkan 2 kemungkinan, yaitu:
v Tetap
tinggal di desa, sehingga menyebabkan “disguised unemployment”, yakni jumlah
tenaga kerja lebih banyak dari sumber daya alam dan faktor produksi, sehingga
kebanyakan tenaga kerja pertanian menjadi setengah mengaggur. Tenaga kerja itu
telah diboroskan atau digunakan dengan tidak rasional
v Mereka
akan masuk kedalam bidang” yang mash bisa mendukung pendapatan yakni hutan di
kota.
3. PERKEMBANGAN KEBUDAYAAN
Kebudayaan = cultuur (bahasa belanda) = culture (bahasa
inggris) = tsaqafah (bahasa arab); berasal dari perkataan Latin “colore” yang
artinya mengolah, mengerjakan, menyuburkan dan mengembangkan, terutama mengolah
tanah atau bertani. Dari segi arti ini berkembanglah arti culture sebagai
“segala daya dan aktifitas manusia untuk mengolah mengubah alam”.
Ditinjau dari bahasa Indonesia kebudayaan berasal
dari bahasa Sanskerta “Budhayah” yakni bentuk jamak dari budhi yang berarti
budi atau akal. Jadi kebudayaan adalah hasil budi atau akal manusia untuk
mencapai kesempurnaan hidup.
Selenjutnya E.B. Taylor dalam bukunya “Primitive
Culture” merumuskan definisi secarasistematis dan ilmiah tentang kebudayaan
sebagai berikut: “Kebudayaan adalah komplikasi (jalinan) dalam keseluruhan yang
meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, keagamaan, hukum, adat
istiadat serta lain”kenyataan dan kebiasaan” yang dilakukan manusia sebagai
anggota masyarakat.” (Culture is that complex whole and other capability
acquired by man as a member pf society).
Kebudayaan materian adalah hasil cipta, karsa yang
berwujud benda” atau barang” atau alat” pengolah alam, seperti: gedung,
pabrik”, jalan”, rumah” alat” komunikasi, alat” hiburan, mesin” dan sebagainya.
Kebudayaan material ini sangat berkembang setelah lahir revolusi industri yang
melahirkan aparat” produksi rakasa.
Kebudayaan non-material adalah hasil cipta, karsa
yang berwujud kebiasaan” atau adat istiadat, kesusilaan, ilmu pengetahuan,
keyakinan, keagamaan dan sebagainya. Didalam masyarakat, kebudayaan itu di satu
pihak dipengaruhi oleh anggota masyarakat, tetapi dilain pihal anggota
masyarakat ti di pengaruhi oleh kebudayaan.
a. Hubungan manusia dan kebudayaan
Dipandang dari sudut antropologi, manusia dapat
ditinjau dari 2 segi, yaitu:
o
manusia sebagai makhluk biologi
o
manusia sebagai makhluk sosio-budaya
sebagai mkahluk
biologi, manusia dipelajari dalam ilmu biologi atau anatomi, dan sebagai mahluk
sosio-budaya manusia dipelajari dalam antropologi budaya. Antropologi budaya
menyelidiki seluruh cara hidup manusia, bagaimana manusia dengan akal budinya
dan struktur fisiknya dalam mengubah lingkungan berdasarkan pengalaman. Juga
memahami dan melukiskan kebudayaan yang terdapat dalam masyarakat manusia.
b. Hubungan masyarakat dengan
kebudayaan
Masyarakat adalah kumpulan manusia yang hidup
dalam suatu daerah tertentu, yang telah cukup lama, dan mempunyai aturan” yang
mengatur mereka, untuk menuju kepada tujuan yang sama. Dalam masyarakat
tersebut manusia selalu memperoleh kecakapan, pengetahuan” baru, sehingga
penimbunan (petandon) itu dalam keadaan yang sehat dan selu bertambah isinya.
Memang kebudayaan itu bersifatkomulatif, bertimbun. Dapat diibaratkan, manusia
adalah sumber kebudayaan dan masyarakat adalah satu dunia besar, kemana air
dari sumber” itu mengalir dan tertampung.
c. Hubungan manusia, masyarakat dan
kebudayaan
Manusia tidak dapat dipisahkan daripada manusia
karena hanya manusia saja yang hidup bermasyarakat. Yaitu hidup bersama-sama
dengan manusia kain dan saling memandang sebagai penanggung kewajiban dan hak.
Sebaliknya manusia tidak dapat dipisahkan dari msayarakat. Seorang manusia yang
tidak pernah mengalami hidup bermasyarakat tidak dapat menunaikan bakat”
kemanusiaannya yaitu mencapai kebudayaan. Dengan kata lain dimana orang hidup
bermasyarakat, pasti akan timbul kebudayaan.
Karena pengertian kebudayaan itu amat luas, maka
Koenrjaraningrat merumuskan bahwa sedikitnya ada 3 wujud kebusayaan:
1.
Wujud ide, gagasan, nilai”, norma,
peraturan.
2.
Wujud kelakuan berpola dari manusia
dalam masyarakat
3.
Wujud benda” hasil karya manusia
(Koentjaraningrat, 1974)
Wujud pertama adalah wujud ide, sifatnya abstrak,
tak dapat di raba, lokasinya ada di dalam kepala kita masing”. Wujud ide ini
baru nampak bila dibuat dalam karangan atau buku” hasil karya. Sekarang,
kebudayaan ide banyak tersimpan dalam tape, arsip, koleksi micro film, kartun
mkomputer, dan lain”.
Wujud kedua adalah kelakuan berpola dari manusia
dalam masyarakat, misalnya manusia melakukan kegiatan berinteraksi,
berhubungan, bergaul satu sama lain. Kegiatan” tersebut senantiasa berpola
menurut pola” tertentu yang berdasarkan adat istiadat.
Wujud ketiga adalah hasil karya manusia. Wujud ini
sifatnya paling kongkrit, nyatam dapat diraba, dilihat dan di foto. Wujud
ketiga ini tidak perlu banyak ketrangan lagi, sebab setiap orang bisa melihat,
meraba dan merasakannya.
Ketiga wujud kebudayaan di atas, apabila dirinci
secara khusus kedalam unur”nya, maka kebudayaan itu sedikitnya ada 7 unsur:
ü Sistem
religi dan upacara keagamaan
ü Sistem
dan organisasi kemasyarakatan
ü Sistem
pengetahuan
ü Bahasa
ü Kesenian
ü Sistem
mata pencarian hidup
ü Sistem
teknologi dan peralatan (Koentjaraningrat, 1974)
4. PRANATA-PRANATA DAN
INSTITUNASIONALISASI
Pranata (lenmbaga kemasyarakatan) merupakan
terjemahan langsung dari istilah asing “Social Institution” karena pengertian
lembaga lebih menunjukan pada suatu bentuk dan sekaligus juga mengandungf
pengetian” yang abstrak perihal adanya norma” dan persatuan” tertentu.
Penerjemahan istilah social institution kedalam
istilah Indonesia, para sarjana belum ada kata sepakat sehingga adayang
menerterjemahkan dengan istilah “paranata sosial” karena dianggap sebagai
pengatur perikelakuan masyarakat. Ada juga yang memberi istilah “bangunan
sosial” yang mungkin merupakan terjemahan dari istilah “Soziale-Gebilde”.
a. Proses pertumbuhan lembaga
kemasyarakatan
Norma” dalam masyarakat untuk mengatur hubungan
anara manusia didalam masyarakat agar terlaksana sebagaimana yang mereka
harapkan. Mula” norma” tersebut terbentuk secara tidak disengaja, namun
lama-kelamaan norma” tersebut dibentuk secara sadar.
Untuk dapat membedakan kekuatan mengikat daripada
norma” tersebut maka secara sosiologis dikenal adanya empat pengertian:
1)
Cara (usage)
Norma
ini mempunyai kekuatan yang lemah karena penyimpangan terhadapnya tak akan
mengakibatkan hukuman yang berat, akan tetapi hanya sekedar celaan saja dari
individu yang dihubunginya.
2)
Kebiasaan (folkways)
Kebiasaan
atau folkways ini mempunyai kekuatan mengikat yang lebih besar daripada cara
atau usage, karena kebiasaan ini dilakukan berulang-ulang yang menunjukan bahwa
banyak orang yang menyukainya.
Pelanggaran
atau penyimpangan dari kebiasaan ini akan mengakibatkan seseorang menyimpang
dari kebiasaan umum dalam masyarakat.
3)
Tata Kelakuan (mores)
Menurut
Mac Iver H. Page, tata kelakuan adalah kebiasaan” yang ada didalam masyarakat
yang diterima sebagai nama” pengatur dalam masyarakat itu. Tata kelakuan
merupakan pencerminan dari sifat” yang hidup dalam kelompok manusia sebagai
alat pengawas, alat pemaksa, alat untuk melarang sesuatu terhadap anggota”nya
supaya menyesuaikan perbuatan” dengan tata kelakuan tersebut.
Tata
kelakuan (mores) sangat penting bagi masyarakat sebab:
4)
Adat Kebiasaan (custom)
Anggota
masyarakat yang menlanggar adat kebiaaan akan menderita sanki yang keras yang
kadang” secara tidak langsung diperlakukan. Norma” yang berlaku setelah
mengalami suatu proses pada akhirnya akan menjadi bagian tertentu dari lembaga
kemasyarakatan.
b. Pranata sosial dan peranannya
Bilamana manusia menciptakan menciptakan asosiasi,
makan mereka juga menciptakan peraturan” dan cra” untuk mengatur pelaksanaan
kepentingan anggota”nya satu sama lain. Bentuk aturan” inilah yang disebut
institusi (lembaga), yang berbeda dengan asosiasi. Setiap asosiasi yang
sehubungan dengan kepentingan khusus tentu mempunyai institusi yang khusus
pula. Contoh:
·
Keluarga: mempunyai lembaga
(institusi) khusus, misalnya perkawinan, warisan, dan lain”
·
Negara: mempunyai lebaga” yang khusus
pula seperti: bentuk pemerintahan yang berbentuk parlementer atau presidensial,
posedur perundang”an dan lain”
·
Serikat buruh: mempunyai lembaga” yang
khusus seperti: pemogokan, persetujuan kolektif dan lain”.
Cara”
mempelajari institusi:
I.
Analisis kesejarahan (historical
analitic)
Yaitu berusaha untuk menyelidiki
pertumbuhan dan perkembangannya di dalam waktu/usianya. Atau dengan kata lain:
menyelidiki sejarah perkembangan suatu lembaga.
II.
Analisis komparatif (comparative
analitic)
Yaitu analisis yang meliputi
penyelidikan institusi dalam masyarakat yang berlinan. Pada pokoknya
membanding”kan macam” institusi itu di dalam berbagai” masyarakat.
III.
Pendekatan fungsional (functional
analitic)
Yaitu menyelidiki hubungan”
dungsional antara berbagai institution approach, ini seringkali menyangkut
analisis kesejahteraan dan sering” juga menggunakan penyelidikan secara
komparatif.
Istilah
institution dan institute
Istilah asing dari pranata adalah institution, tetapi
pemakaian istilah ini membutuhkan perhatian yang khusus. Institution mempunyai
arti yang berbeda dengan institute. Institute berarti badan organisasi yang
bertujuan memenuhi suatu kebutuhan dalam berbagai lapangan kehidupan
masyarakat. Dengan kata lain institution adalah aktivitas”
kemasyarakatan/pranata, sedangkan institute/lembaga adalah bentuk badan” yang
mengorganisasikan/menjalankan aktivitas” kemasyarakatan tersebut.
Macam”
lembaga sosial
Dr. Koentjaraningrat membagi lembaga
sosial/pranata” kemasyarakatan menjadi 8 macam:
Ø Pranata
yang bertujuan memenuhikebutuhan kehidupan kekerabatan (kinship) atau domestic
institutions. Contoh: pelamaran, perkawinan, keluarga, pengasuhan anak, dan
lain”
Ø Pranata
yang bertujuan memenuhi kebutuhan manusia untuk mata pencaharian hidup (
economic institutions). Contoh: pertanian, peternakan, perburuhan, industri,
dan sebaginya
Ø Pranata
yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan ilmiah manusia (scientific
institutions). Contoh: metodik ilmiah, penelitian, pendidikan ilmiah dan lain”
Ø Pranata
yang bertujuan memenuhi kebutuhan pendidikan (educational institutions).
Contoh: TK, SD, SMP, SMA, pondok pesantren dan lain”
Ø Pranata
yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan ilmiah, menyatakan rasa keindahan dan
rekreasi (aesthetic and recreational institutions)
Ø Pranata
yang bertujuan memenuhi kebutuhan manusia untuk berhubungan dengan Tuhan atau
alam gaib (religius institutions). Contoh: masjid, gereja, doa, kenduri dan
lain”
Ø Pranata
yang bertujuan memenuhi kebutuhan manusia untuk mengatur kehidupan berkelompok
atau bernegara (political institutions). Contoh: pemerintahan, demokrasi,
kehakiman, kepartaian, kepolisisan dan lain”
Ø Pranata
yang bertujuan mengurus kebutuhan jasmaniah manusia (cosmetic institutions).
Contoh: pemeliharaan kecantikan, kesehatan, kedokteran dan lain”.
c. Institusionalisasi (perlembagaan)
Cohen (1983) menyatakan bahwa institusionalisasi
adalah perkembanga ssitem yang teratur dari norma”, peranan” yang diterapkan
dan diterima oleh masyarakat. Loomis (1960) menyatakan bahwa proses
institusionalisasi menyangkut semua usur dan proses sosial yang ada maka untuk
normalah dianggap lebih penting (utama), Soejono Soekanto (1983) manyatakan
bahwa institusionalisasi adalah proses dimana unsur norma menjadi bagian dari
suatu lembaga.
Berdasarkan uraian diatas dapatlah dikemukakan
bahwa institusionalisai belum memiliki unur” sistem sosial yang sempurna
sebagaimana terdapat didalam institusi (lembaga), akan tetapi institusionalisai
baru merupakan tahap” menuju perkembangan sistem yang teratur dari sitem sosial
dan dityerima oleh masyarakat.
Suatu perkumpulan baru dinyatakan sebagai
institusi (lembga) bila didalamnya ada unsur” sitem sosial yan g teratur,
seperti yang telah dikemukakan oleh Loomis (1960) sebagai berikut:
§ Kepercayaan
§ Sentimen
§ Tujuan
§ Norma
§ Status
peranan (kedudukan)
§ Ranking
§ Power
§ Sanksi
§ Fasilitas
Sedangkan dilihat dari segi prosesnya menurut
Loomis (1960), ialah suatu bentuk aktivitas” yang meliputi:
v Adanya
komunikasi
v Adanya
pemeliharaan batas”
v Adanya
hubungan sistem
v Adanya
sosialisasi
v Adanya
kontrol sosial
v Adanya
institusionalisasi (perlembagaan)
Demikian, bahwa institusionalisai pada hakikatnya
merupakan proses yang meliputi pula pelembagaan kembali
(reinstitutionalization), dimana lembaga” lama runtuh dan diganti lembaga”
baru, atau simbul”nya tetap dipertahankan dan diteruskan, tetapi isinya baru.
No comments:
Post a Comment